TERSADAI DI PELABUHAN : PART 1

Senja Di Pelabuhan Kecil

oleh
Chairil Anwar

Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua,
pada cerita tiang serta temali.
Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut

Gerimis mempercepat kelam.
Ada juga kelepak elang menyinggung muram,
desir hari lari berenang menemu bujuk pangkal akanan.
Tidak bergerak dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.

Tiada lagi. Aku sendiri.
Berjalan menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap


ALHAMDULILLAH

Kalau berkesempatan menghala ke Kuala Trengganu, pasti aku takkan melepaskan kesempatan walau sedetik cuma untuk menikmati panorama di sebuah jeti atau pelabuhan kecil nelayan ini .

Rasanya ini kunjungan ku yang ke empat selang beberapa tahun namun aku masih tidak jemu untuk singgah ke sini.

Kelihatan bot-bot usang yang terdampar di sini akibat musim tengkujuh yang masih berlarutan sentiasa mengingatkan ku akan hakikat kehidupan ini yang hanya sementara di dunia yang fana' .

Aku bukan seorang sasterawan yang bisa menukil sebuah puisi indah , namun segalanya aku rakamkan dalam bentuk gambaran yang begitu menenangkan. Menikmati kesegaran tiupan bayu laut China Selatan .

Semuanya percuma yang dikurniakan oleh Allah S.W.T tanpa sebarang bayaran . Agak2nya kalau setiap nafas aku hela ini memerlukan bayaran, berapakah agaknya yang aku berhutang dengan Allah .

Segala nikmat di dunia ini yang dikurniakan dan dipinjamkan oleh Allah hanya bersifat sementara. Namun adakah setiap nikmat itu aku pergunakan sebaik mungkin seperti yang disyariatkan .

Kekadang aku merasa takut bila mengenangkan sepanjang 46 tahun aku dalam pelayaran .

Adakah telah cukup bekalan ku sebelum aku "tersadai di pelabuhan" .